Selasa, 17 Juni 2008

Hari Gizi Nasional, 28 Februari 2008

Masalah gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal yang harus lebih disadari oleh pemerintah dan masyarakat, khususnya di kalangan kesehatan. Meskipun selama 10 tahun terakhir terdapat kemajuan dalam penanggulangan masalah gizi di Indonesia, tetapi apabila dibanding dengan beberapa negara Asean seperti Thailand, prevalensi berbagai masalah gizi khususnya gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Perlu dipertanyakan mengapa kita tertinggal dengan negara-negara tetangga. Ada beberapa hal dibawah ini memerlukan perhatian lebih besar dalam program gizi, yaitu ;
Pertama, dalam menangani masalah gizi makro, khususnya kurang energi protein, titik tolak kebijakannya terletak pada adanya pertumbuhan dan status gizi anak yang tidak normal.
Kedua, kegiatan pemantauan berat badan dan tinggi badan anak balita dan sekolah akan menjadi modal utama bagi program gizi. Survei gizi nasional secara periodik dan terprogram seharusnya menjadi kebijakan nasional.
Ketiga, revitalisasi Posyandu dikatakan berhasil apabila dapat mengembalikan fungsi utamanya sebagai lembaga masyarakat, terutama masyarakat desa untuk memantau pertumbuhan anak.
Keempat, secara bertahap perlu ada "perombakan" kurikulum di lembaga pendidikan tenaga gizi di semua tingkatan untuk lebih memahami perlunya status gizi anak sebagai titik tolak dan tujuan program.

Sesuai dengan Program Pembangunan Nasional tentang Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Tujuan umum program ini adalah meningkatkan intelektualitas dan produktifitas sumber daya manusia, sedangkan tujuan khusus adalah :

  1. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi
  2. Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik untuk menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi lebih, dan
  3. Meningkatkan penaganekaragaman konsumsi pangan bermutu untuk memantapkan ketahan pangan tingkat rumah tangga.

Sasaran yang ingin dicapai adalah :

  1. Menurunkan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 20 %
  2. Menurunnya prevalensi gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) berdasarkan total goitre rate (TGR) pada anak menjadi kurang dari 5 %.
  3. Menurunnya anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 40 % dan kurang energi kronis (KEK) ibu hamil menjadi 20 %
  4. Tidak ditemukannnya kekurangan vitamin A (KVA) klinis pada balita dan ibu hamil
  5. Mencegah meningkatnya prevalensi gizi lebih, menjadi kurang dari 10 %
  6. Menurunnya prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR)
  7. Meningkatnya jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium menjadi 90%
  8. Meningkatnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif menjadi 80 %
  9. Meningkatnya pemberian makanan pendamping (MP)-ASI yang baik mulai usia bayi 4 bulan
  10. Tercapainya konsumsi gizi seimbang dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 2.200 kkal perkapita perhari dan protein 50 gram perkapita perhari
  11. Sekurang-kurangnya 70 persen keluarga telah sadar gizi.

Kegiatan pokok yang tercakup dalam program ini adalah :

  1. Meningkatkan penyuluhan gizi masyarakat
  2. Menanggulangi gizi kurang dan menekan kejadian gizi buruk pada balita serta menanggulangi KEK pada wanita usia subur termasuk ibu hamil dan ibu nifas
  3. Menanggulangi GAKY
  4. Menanggulangi anemia gizi besi (AGB)
  5. Menanggulangi KVA
  6. Meningkatkan penanggualngan kekurangan gizi mikro lainnya (misalnya calsium, zinc, dan lain-lain)
  7. Meningkatkan penanggulangan gizi lebih
  8. Melaksanakan fortifikasi dan keamanan pangan dan gizi
  9. Memantapkan pelaksanaan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)
  10. Mengembangkan dan membina tenaga gizi
  11. Melaksanakan penelitian dan pengembangan gizi
  12. Melaksanakan perbaikan gizi institusi (misalnya sekolah, RS, perusahaan, dan lain-lain)
  13. Melaksanakan perbaikan gizi akibat dampak sosial, pengungsian, dan bencana alam.
Disadur Dari : Indonesian Nutrition Network

Tidak ada komentar: