Rabu, 31 Maret 2010

"Urbanisasi dan Kesehatan" Jadi Tema Hari Kesehatan Sedunia 2010

JAKARTA--Hari Kesehatan Sedunia (HKS) yang diperingati setiap tanggal 7 April 2010 akan bertemakan "Urbanisasi dan Kesehatan" karena urbanisasi sangat besar pengaruhnya baik terhadap kesehatan global maupun kesehatan individu.

Siaran pers Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa (30/3) menyebutkan, di Indonesia tema ini akan disubtemakan menjadi "Kota Sehat, Warga Sehat" dengan slogan "1.000 Kota, 1.000 Kehidupan".

Sub Tema "Kota Sehat, Warga Sehat" dipilih karena kebijakan kota sehat telah berjalan di Indonesia, tetapi masih ditemukan kendala yaitu penyediaan air minum dan sanitasi lingkungan.

Untuk mengatasinya, diperlukan komitmen dari semua pemangku kepentingan dan komponen masyarakat untuk mewujudkan kota sehat yang sekaligus berdampak pada peningkatan kesehatan warganya.

Slogan 1.000 Kota mempunyai makna suatu ajakan atau motivasi agar lebih dari 1.000 kota berikut pimpinan/penentu kebijakan berpartisipasi dalam kegiatan peringatan HKS ke-62.

Sedangkan 1.000 Kehidupan mempunyai makna adanya penggerak/pahlawan yang melakukan aktivitas meningkatkan kesehatan di lingkungan kehidupannya.

Peringatan HKS ke-62 di Indonesia di tingkat Nasional, acara puncaknya akan diselenggarakan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, yang akan dihadiri antara lain oleh para menteri dan perwakilan WHO.

Sementara di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota peringatan HKS ke-62 diperingati dengan berbagai kegiatan, misalnya pemberlakuan Hari Tanpa Kendaraan Bermotor di jalan-jalan utama, perluasan Kawasan Tanpa Rokok di sekolah, pelayanan kesehatan, tempat kerja dan tempat umum lainnya seperti restoran dan tempat ibadah.

Sumber : Republika

Daging Juga Pencetus Alergi?

class='kol_img_news'


Ada banyak alergi yang susah ditemukan penyebabnya karena banyaknya faktor pencetus alergi. Studi terbaru menunjukkan, karbohidrat dalam daging yang disebut aplha-gal diduga menjadi biang keladi timbulnya reaksi alergi yang selama ini masih tanda tanya, yakni anaphylaxis.

Reaksi anaphylaxis muncul setelah tubuh terpajar alergen, misalnya makanan, minuman, obat, atau udara. Saat serangan alergi ini muncul, penderita akan merasakan sesak napas, jantung berdebar-debar, bahkan pingsan.

Dalam penelitian untuk mencari penyebab anaphylaxis, sejumlah peneliti melibatkan 60 orang di Australia dan Amerika Serikat yang mengalami reaksi alergi berulang atau anaphylaxis.

Hasil tes alergi menemukan 25 orang memiliki respon pada alpha-gal. Respon positif dianggap memiliki kadar imunoglobulin E (IgE) lebih tinggi dari 1.0 unit per milimeter, atau diatas standar. Pada orang yang alergi, produksi IgE dalam tubuhnya biasanya sangat berlebihan.

Namun hasil tes itu tidak mengidentifikasi alergen lain yang mungkin juga menyebabkan anaphylaxis pada 25 pasien tersebut atau 35 pasien lain.

"Hasil studi ini menunjukkan bukan hanya IgE pada karbohidrat yang punya implikasi klinis pada reaksi alergi makanan atau anaphylaxis, tetapi juga kehadiran antibodi yang mungkin berbeda pada orang tergantung daerah tinggalnya," kata Dr.Scott P.Comins, ketua peneliti.

Sumber: kompas.com

LIPI Olah Air Banjir jadi Layak Minum

JAKARTA - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penyediaan air bersih dan layak minum dari air banjir. Uji coba ini dilakukan di Dusun 111 Gempol Tengah, Desa Purwadana, Kecamatan Teluk Jambi, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (31/03).

''Dalam kondisi banjir, air sangat berlimpah tapi tak layak konsumsi atau sudah terkontaminasi beragam polutan. Jika kebutuhan air tak terpenuhi, maka dapat memberikan dampak terhadap kerawanan kesehatan maupun sosial sesuai dengan kondisi jumlah penduduk atau mekanisme distribusi air bersih,'' kata Peneliti Pusat Penelitian (PE) Fisika LIPI, Pardamean Sebayang, sebelum uji coba itu.

Untuk pengelolaan air banjir tersebut, LIPI membuat unit pengolahan air bersih dan layak minum dengan sistem water purification. Dengan alat tersebut, dapat dihasilkan air sesuai kualitas yang memenuhi standar Peraturan Menkes nomor 901/2002.

Sistem ini dapat dioperasikan di berbagai tempat dan diaplikasikan untuk berbagai jenis sumber air tawar (air permukaan), khususnya air banjir pada lokasi bencana. ''Unit sistem mobile ini mampu mengolah air dengan menggunakan beragam sumber air tawar selama tidak mengandung bahan berbahaya beracun (B3), khususnya air danau, sungai, air hujan, dan air luapan banjir, dengan kapasitas hasil atau output yang memadai, yaitu 10 liter/menit,'' kata Pardamean.

Peneliti lainnya, Muljadi menambahkan, sistem ini dapat mengatasi masalah kesulitan air bersih dan layak minum di lokasi-lokasi gempa dan bencana. ''Aspek sosial dari unit pengolahan ini equivalen dengan mengatasi masalah air minum di daerah rawan gempa dan banjir, sekitar untuk 4.800 jiwa atau konsumsi air bersih bagi sebanyak 288 jiwa. Sistem ini bisa diaplikasikan sebagai unit keadaan darurat pasokan air bersih.''

Sumber : Republika