Minggu, 08 Februari 2009

Cukupkah Berat Badan Bayi Anda?


JAKARTA-- Selama ini ada anggapan, bayi atau anak yang kurus berarti kekurangan gizi atau menderita penyakit tertentu. Padahal, belum tentu tampilan tersebut menandakan gangguan kesehatan.

Sebenarnya untuk menentukan kurus tidaknya bayi, tak cukup dilihat dari penampilannya saja. Perlu dilakukan pengukuran yang berkala dan terus menerus.

"Belum tentu anak yang penampakannnya terlihat kecil maka gizinya kurang. Untuk mengetahui kadar gizi seorang anak itu kurang, normal atau lebih harus diukur melalui berat badannya,” ujar spesialis anak dr. Trully Kusumawardhani, SpA.

Ada dua cara yang umum dilakukan dalam membandingkan perhitungan berat badan yaitu berat badan yang dibandingkan dengan umur, lalu berat badan yang dibandingkan dengan panjang badan.

“Jika dihitung berat badan per umur memang agak susah mencerminkan keadaan anak. Bisa saja dua orang anak yang berusia sama-sama dua tahun, memiliki berat badan yang sama yaitu 10 kilogram. Tapi, yang satu pendek kemudian yang satunya lagi tinggi. Jadi, harus diukur juga panjang badan,” papar Trully.

Penting untuk memantau pertumbuhan anak secara berkala. Biasanya, digunakan kurva atau grafik untuk melihat pertumbuhan bayi setiap bulan. Pencatatan tergolong efektit untuk mengukur apakah anak benar-benar kurus atau tidak.

Normalnya, berat badan (BB) bayi baru lahir harus mencapai 2.500 gram atau lebih. Tidak terlalu besar, juga tak kelewat kecil.

Sebab kalau terlalu kecil, dikhawatirkan organ tubuhnya tak dapat tumbuh sempurna sehingga dapat membahayakan sang bayi sendiri. Sebaliknya, terlalu besar juga ditakutkan sulit lahir dengan jalan normal dan mesti lewat operasi caesar.

Pertambahan berat badan bayi bisa dilihat per triwulan. Pada triwulan I, kenaikan BB berkisar 150-250 gram per minggu atau 600 gram-1 kg, triwulan II kenaikannya 500-600 gram per bulan, kemudian triwulan III naik 350-450 gram per bulan, dan triwulan IV sekitar 250-350 gram per bulan.

Jelas terlihat, triwulan I pertambahan BB berlangsung lebih cepat dibanding dengan triwulan II, III, dan IV. Hal itu wajar karena pertumbuhan BB di bulan berikutnya lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Umumnya, jelas Trully, acuan untuk melihat normal atau tidaknya BB adalah saat usianya mencapai 6 bulan dan 1 tahun. Di usia 6 bulan, BB bayi harus mencapai 2 kali lipat berat lahir dan menjadi 3 kali lipatnya pada usia 1 tahun.

"Kurang dari ini, berat badannya bisa disebut rendah atau ia termasuk bayi kurus," tegasnya.

Direktur Program Manajemen Berat Badan Alfred I. duPont Hospital for Children Wilmington, Sandra G. Hassink, MD, mengatakan, bentuk tubuh dari seorang anak biasanya diturunkan secara genetik dari orangtuanya. Kemungkinan besar berat badan dan tinggi badan anak mengikuti orangtuanya.

“Apakah Anda pernah mendengar tentang seseorang yang memiliki tulang yang besar? Biasanya orang yang memiliki tipe badan seperti ini akan memiliki berat badan lebih banyak. Mungkin saja dua anak dengan tinggi yang sama memiliki beray berbeda namun masih dalam batas normal,” ujar Sandra.

Sama dengan tinggi badan atau jenis golongan darah, tambah Sandra, faktor genetik juga menentukan berat badan seorang anak.

Menurut dr Trully, hal itu dikenal dengan potensi genetik. Jika seorang anak yang terlahir dengan berat badan yang tergolong besar dari orangtua yang memiliki potensi genetik tubuh yang kecil maka kemungkinan akan catch down sesuai dengan genetiknya.

“Demikian pula bayi yang lahirnya kecil, tapi jika orangtuanya besar maka ia akan mengikuti potensi genetiknya yaitu catch up. Biasanya bisa dilihat sekitar usia tiga bulan,” pungkasnya.

Tidak ada komentar: