Minggu, 08 Februari 2009

Stres Pra-Konsepsi, Picu Persalinan Prematur

NEW YORK-- Wanita hamil yang sebelumnya mengalami stres mengenai kematian atau sakit yang parah akibat patah hati, berisiko mengalami persalinan prematur. Demikian disebutkan sebuah penelitian.

Hasil studi yang dipublikasikan pada journal Human Reproduction itu, membuktikan stres yang berat dapat mengakibatkan komplikasi kehamilan termasuk berat badan yang rendah dan kematian bayi.

Para peneliti menemukan, diantara 1 juta persalinan wanita asal Denmark selama 24 tahun, mereka yang pernah stres mengenai kematian atau sakit parah lebih cenderung mengalami persalinan prematur.

Secara keseluruhan, wanita yang pernah mengalami stres sekitar enam bulan sebelum hamil, sekitar 16% cenderung mengalami persalinan prematur. Sementara itu, risiko bayi meninggal atau sakit pada persalinan prematur naik hingga 23%, dan risiko kelahiran yang sangat prematur meningkat 59%.

Hal itu dimungkinan dampak dari pengalaman yang sangat menekan dari sisi kejiwaan sehingga mempengaruhi kondisi hormonal, kemudian mengakibatkan persalinan prematur pada sebagian wanita. Demikian diungkapkan pemimpin penelitian Dr Ali Khashan dari Universitu of Manchester di Inggris.

Stres yang berat sebelum atau sekitar waktu menjelang kehamilan atau pra-konsepsi, ujar Khashan, dapat mengubah hormon stres kortisol atau stress hormone cortisol dan corticotropin-releasing hormone (CRH) yang berpengaruh pada penanaman embrio dan pembentukan plasenta.

Tingkat CRH biasanya meningkat sebelum wanita melahirkan dan tingginya tingkat hormon tersebut sebelum waktunya dapat terdeteksi pada wanita yang melahirkan prematur.

Meskipun, sebagian wanita yang mengalami stres berat sebelum hamil tetap bisa melahirkan normal. Pada studi tersebut diketahui 4,5% dari wanita itu melahirkan prematur yaitu sebelum kehamilan mencapai 37 minggu.

"Studi kami menunjukkan stres berat sangat berpengaruh terhadap persalinan prematur," ujar tim penelieiti, Dr. Louise Kenny dari University College Cork, Irlandia.

"Kami perlu melihat dalam populasi yang besar untuk mengetahui dampak stres tersebut. Aritnnya untuk para wanita, bagi wanita yang benar-benar berisiko mengalami persalinan prematur akibat stres tergolong kecil," terangnya.

Para peneliti kemudian memberikan saran agar wanita yang hamil atau merencanakan kehamilan berusaha menjalankan gaya hidup sehat dan meminta nasihat dokter jika mengalami gangguan kesehatan.

Tidak ada komentar: